Seorang Ayah Membakar Anaknya Hanya Lantaran Uang 20 Ribu
>> Wednesday, July 7, 2010
Mahyeddin Abubakar (45), nelayan Gampong Ujong Blang, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, Senin (5/7) sekitar pukul 15.30 WIB, membakar anak kandungnya, Muhammad Amrul (12),
gara-gara si anak mengambil tanpa izin Rp 20.000 uang hasil penjualan ikan tangkapan ayahnya. Anak itu kini kritis, sedangkan ayahnya melarikan diri.
Sadisnya, sebelum dibakar, murid kelas IV SD itu diikat sang ayah di pohon jambu depan rumah mereka, lalu dia sirami minyak tanah dan disulut dengan api. Ketika api menjilati pakaian, kulit, tubuh, leher, hingga rambut Amrul, seorang tetangga kebetulan lewat. Melihat pemandangan yang tak biasa itu, Safwan, sang tetangga, langsung bertindak. Apalagi saat itu Amrul menjerit-jerit minta tolong. “Saya berusaha memadamkan api dengan menyiramkan air ke tubuh anak itu,” kata Safwan menjawab Serambi, kemarin sore.
Anehnya, tambah Safwan, ketika dia memberi pertolongan kepada Amrul, Mahyeddin pun ikut-ikutan membantu mengguyurkan air. Ia seperti baru tersadar bahwa yang dia beri sanksi sadis itu adalah anak kandungnya sendiri. Malah, menurut Safwan, ketika ia membawa Amrul ke Rumah Sakit PMI Lhokseumawe, Mahyeddin juga ikut. Ia tampak sibuk dan gundah. Tapi kondisi Amrul telanjur parah. Bagian kiri badannya hingga ke kepala mengalami luka bakar parah. Amrul harus dibaringkan di atas daun pisang muda, karena kulitnya gosong dan melepuh.
Berdasarkan pengakuan Safwan, tak lama setelah ikut mengantar anaknya ke Rumah Sakit PMI Lhokseumawe, Mahyeddin pun menghilang. Hingga tadi malam ia belum mengontak istrinya ataupun menyerahkan diri ke polisi. Sementara anaknya yang dalam kondisi kritis dirawat intensif di ruang ICU Rumah Sakit PMI, hingga tadi malam belum sadarkan diri.
Ibu korban, Nurleila, kepada Serambi mengaku baru tahu kejadian itu sepulang mengantar mempelai lelaki (linto baro). Ia pun langsung menyusul anaknya ke rumah sakit. Ia kaget bukan main atas perlakuan suaminya terhadap Amrul, darah daging mereka. “Sebelumnya, suami saya tidak pernah memukul Amrul, karena Amrul termasuk anak kesayangannya. Tapi entah kenapa hari ini marahnya sedemikian dahsyat, sampai-sampai ia tega membakar anak kami,” ungkap Nurleila.
Kapolres Lhokseumawe, AKBP Kukuh Santoso SIK SH melalui Kapolsek Banda Sakti, AKP Adi Sofyan SH MH yang ditemui di lokasi kejadian menyebutkan, polisi telah mengumpulkan barang bukti berupa tali, jeriken minyak tanah, dan baju Amrul yang sebagiannya hangus terbakar. “Atas perbuatannya itu tersangka bisa dijerat dengan Undang-Undang tentang Perlindungan Anak,” pungkas Kapolsek.
Hukuman berat yang dijatuhkan ayahnya kepada Amrul, disebut-sebut karena korban mengambil Rp 20.000 uang hasil penjualan ikan. Ayahnya, Senin siang, sepulang melaut menyuruh Amrul menjual ikan hasil tangkapannya itu kepada pedagang pengumpul ikan di desanya. Ikan itu terjual Rp 100.000. Tapi Amrul hanya menyerahkan Rp 80.000 kepada ayahnya, sedangkan Rp 20.000 lagi dia ambil sepihak untuk jajan.
Informasi mengenai hal ini bukan didapat dari Amrul yang masih pingsan atau dari ayahnya yang kini buron. Ibunya pun tak tahu persis mengapa Amrul diperlakukan ayahnya sedemikian rupa. Tapi sumber Serambi, yakni orang yang membeli ikan dari Amrul, menyebutkan bahwa sebelum Amrul dibakar, Mahyeddin menyeret anaknya ke rumah si pembeli ikan itu.
Tujuan kedatangan Mahyeddin membawa anaknya adalah untuk mengonfirmasi berapa sebetulnya pedagang pengumpul itu membeli ikan dari Amrul. Pria itu mengaku membelinya Rp 100.000. Tapi yang diserahkan Amrul ke ayahnya konon hanya Rp 80.000. Saat itulah Mahyeddin marah. Langsung dia hajar anaknya itu di lokasi transaksi. Lalu dia seret anaknya pulang ke rumah.
Seorang saksi mata lainnya menerangkan, sesampai di rumah, Mahyeddin langsung mengambil tali dan mengikat anaknya di pohon jambu, sekitar satu meter dari rumahnya. Bagai orang lepas kendali, Mahyeddin menyiram anaknya dengan minyak tanah, lalu dia sulut dengan api. Amrul menjerit-jerit kesakitan, namun ia tak mampu melepaskan diri, karena tangannya terikat. Api kemudian menjalari tubuh hingga kepalanya. Sampai akhirnya tiba Safwan, tetangga Amrul, menyelamatkannya. Nyawa Amrul tertolong, namun kondisinya kritis dan belum sadarkan diri.
Tragedi yang menimpa anak itu, hingga tadi malam menjadi buah bibir sejumlah warga di kawasan pantai Ujong Blang, Kota Lhokseumawe. Bahkan banyak warga mengaku geram atas ketegaan Mahyeddin menghukum anaknya dengan cara membakar. “Heran, kenapa Mahyeddin tega membakar anaknya yang sudah 12 tahun dia besarkan,” ujar Mahdalena, salah seorang keluarga pasien di Rumah Sakit PMI Lhokseumawe.
Tak tega sekaligus geram terhadap ulah Mahyeddin yang membakar anaknya hidup-hidup, Mahdalena meminta aparat penegak hukum menindak tegas pelaku dengan hukuman seberat-beratnya. Sementara itu, kondisi di rumah korban sejak sore hingga tadi malam dipenuhi warga yang berempati pada derita Amrul. Namun, Amrul masih dirawat di rumah sakit, sedangkan ayahnya menghilang. Saat aparat Polsek Banda Sakti melakukan penyelidikan ke lokasi, di pohon jambu rumah korban, masih tercium bau minyak tanah.
SOURCE
gara-gara si anak mengambil tanpa izin Rp 20.000 uang hasil penjualan ikan tangkapan ayahnya. Anak itu kini kritis, sedangkan ayahnya melarikan diri.
Sadisnya, sebelum dibakar, murid kelas IV SD itu diikat sang ayah di pohon jambu depan rumah mereka, lalu dia sirami minyak tanah dan disulut dengan api. Ketika api menjilati pakaian, kulit, tubuh, leher, hingga rambut Amrul, seorang tetangga kebetulan lewat. Melihat pemandangan yang tak biasa itu, Safwan, sang tetangga, langsung bertindak. Apalagi saat itu Amrul menjerit-jerit minta tolong. “Saya berusaha memadamkan api dengan menyiramkan air ke tubuh anak itu,” kata Safwan menjawab Serambi, kemarin sore.
Anehnya, tambah Safwan, ketika dia memberi pertolongan kepada Amrul, Mahyeddin pun ikut-ikutan membantu mengguyurkan air. Ia seperti baru tersadar bahwa yang dia beri sanksi sadis itu adalah anak kandungnya sendiri. Malah, menurut Safwan, ketika ia membawa Amrul ke Rumah Sakit PMI Lhokseumawe, Mahyeddin juga ikut. Ia tampak sibuk dan gundah. Tapi kondisi Amrul telanjur parah. Bagian kiri badannya hingga ke kepala mengalami luka bakar parah. Amrul harus dibaringkan di atas daun pisang muda, karena kulitnya gosong dan melepuh.
Berdasarkan pengakuan Safwan, tak lama setelah ikut mengantar anaknya ke Rumah Sakit PMI Lhokseumawe, Mahyeddin pun menghilang. Hingga tadi malam ia belum mengontak istrinya ataupun menyerahkan diri ke polisi. Sementara anaknya yang dalam kondisi kritis dirawat intensif di ruang ICU Rumah Sakit PMI, hingga tadi malam belum sadarkan diri.
Ibu korban, Nurleila, kepada Serambi mengaku baru tahu kejadian itu sepulang mengantar mempelai lelaki (linto baro). Ia pun langsung menyusul anaknya ke rumah sakit. Ia kaget bukan main atas perlakuan suaminya terhadap Amrul, darah daging mereka. “Sebelumnya, suami saya tidak pernah memukul Amrul, karena Amrul termasuk anak kesayangannya. Tapi entah kenapa hari ini marahnya sedemikian dahsyat, sampai-sampai ia tega membakar anak kami,” ungkap Nurleila.
Kapolres Lhokseumawe, AKBP Kukuh Santoso SIK SH melalui Kapolsek Banda Sakti, AKP Adi Sofyan SH MH yang ditemui di lokasi kejadian menyebutkan, polisi telah mengumpulkan barang bukti berupa tali, jeriken minyak tanah, dan baju Amrul yang sebagiannya hangus terbakar. “Atas perbuatannya itu tersangka bisa dijerat dengan Undang-Undang tentang Perlindungan Anak,” pungkas Kapolsek.
Hukuman berat yang dijatuhkan ayahnya kepada Amrul, disebut-sebut karena korban mengambil Rp 20.000 uang hasil penjualan ikan. Ayahnya, Senin siang, sepulang melaut menyuruh Amrul menjual ikan hasil tangkapannya itu kepada pedagang pengumpul ikan di desanya. Ikan itu terjual Rp 100.000. Tapi Amrul hanya menyerahkan Rp 80.000 kepada ayahnya, sedangkan Rp 20.000 lagi dia ambil sepihak untuk jajan.
Informasi mengenai hal ini bukan didapat dari Amrul yang masih pingsan atau dari ayahnya yang kini buron. Ibunya pun tak tahu persis mengapa Amrul diperlakukan ayahnya sedemikian rupa. Tapi sumber Serambi, yakni orang yang membeli ikan dari Amrul, menyebutkan bahwa sebelum Amrul dibakar, Mahyeddin menyeret anaknya ke rumah si pembeli ikan itu.
Tujuan kedatangan Mahyeddin membawa anaknya adalah untuk mengonfirmasi berapa sebetulnya pedagang pengumpul itu membeli ikan dari Amrul. Pria itu mengaku membelinya Rp 100.000. Tapi yang diserahkan Amrul ke ayahnya konon hanya Rp 80.000. Saat itulah Mahyeddin marah. Langsung dia hajar anaknya itu di lokasi transaksi. Lalu dia seret anaknya pulang ke rumah.
Seorang saksi mata lainnya menerangkan, sesampai di rumah, Mahyeddin langsung mengambil tali dan mengikat anaknya di pohon jambu, sekitar satu meter dari rumahnya. Bagai orang lepas kendali, Mahyeddin menyiram anaknya dengan minyak tanah, lalu dia sulut dengan api. Amrul menjerit-jerit kesakitan, namun ia tak mampu melepaskan diri, karena tangannya terikat. Api kemudian menjalari tubuh hingga kepalanya. Sampai akhirnya tiba Safwan, tetangga Amrul, menyelamatkannya. Nyawa Amrul tertolong, namun kondisinya kritis dan belum sadarkan diri.
Tragedi yang menimpa anak itu, hingga tadi malam menjadi buah bibir sejumlah warga di kawasan pantai Ujong Blang, Kota Lhokseumawe. Bahkan banyak warga mengaku geram atas ketegaan Mahyeddin menghukum anaknya dengan cara membakar. “Heran, kenapa Mahyeddin tega membakar anaknya yang sudah 12 tahun dia besarkan,” ujar Mahdalena, salah seorang keluarga pasien di Rumah Sakit PMI Lhokseumawe.
Tak tega sekaligus geram terhadap ulah Mahyeddin yang membakar anaknya hidup-hidup, Mahdalena meminta aparat penegak hukum menindak tegas pelaku dengan hukuman seberat-beratnya. Sementara itu, kondisi di rumah korban sejak sore hingga tadi malam dipenuhi warga yang berempati pada derita Amrul. Namun, Amrul masih dirawat di rumah sakit, sedangkan ayahnya menghilang. Saat aparat Polsek Banda Sakti melakukan penyelidikan ke lokasi, di pohon jambu rumah korban, masih tercium bau minyak tanah.
SOURCE
0 comments:
Post a Comment